Berbeda dengan pertemuan pertamaku dengan Bu Helvy Tiana Rossa, a.k.a HTR. Pertemuanku dengan salah satu penulis kondang yang juga dosen jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia tersebut berawal saat aku mengikuti lomba Baca Cerpen di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta.
Acara tersebut diadakan dalam rangka Bulan Bahasa sebagai apresiasi dan kecintaan terhadap Bahasa Indonesia. Selain lomba Baca Cerpen, ada pula lomba Cipta Puisi, lomba Baca Puisi, hingga lomba Monolog. Pada kesempatan kali itu aku kembali membawakan cerpen karya Putu Wijaya (berjudul 2009) seperti pada sebuah lomba Baca Cerpen juga di Perpustakaan Nasional Salemba,pada kesempatan kali itu aku membacakan sebuah cerpen penuh intrik emosional yang berjudul Suap.
Ada tiga orang juri, dan yang kuingat hanya Ibu HTR, sementara dua orang lelaki lain sepertinya juga sastrawan.
Pelaksanakan Lomba Baca Cerpen
dilakukan di salah satu ruang kelas English
Department Fakultas Bahasa dan Seni. Aku mendapatkan nomor urut 14, kalau
tidak salah. Peserta maju sesuai nomor urut dengan berselingan peserta dari
cabang Lomba baca puisi. Jadi, peserta no. 1 lomba baca cerpen tidak langsung
setelahnya disusul dengan peserta no. 2 lomba baca cerpen, tapi diselingi oleh
peserta lomba baca puisi no.1, begitu seterusnya. Berseling-selingan.
Kuingat aku maju sekitar pukul
12, sebenarnya ini tak menguntungkan karena menurutku lapar dan kantuk para
juri serta peserta lain mempengaruhi penampilanku. Hehe. Ini hanya asumsiku
saja, jangan dianggap serius. Tapi, kurasa pendapatku tersebut tak sepenuhnya
salah, dibuktikan dengan kekalahanku.
Pada
saat pengumuman aku sempat berharap untuk menang, namun nama maupun nomorku tak
disebut. Lagi-lagi gagal, sama seperti saat lomba Baca Cerpen di Perpustakaan
Nasional saat aku duduk di bangku kelas IX Sekolah Menengah Kejuruan. Waktu itu
kakak kelas yang mengajakku, Ka Devi
Lathifah namanya. Ia siswi kelas XII Akuntansi dan menyukai dunia tulis-menulis
sama sepertiku. Baik aku dan Ka Devi sama-sama tak dapat juara. Kuingat ia
membawakan cerpen bertokoh Beningnya. Hingga kini rekaman kami berdua ketika
membaca cerpen di audiotorium Perpustakaan Nasional pun masih kusimpan.
Di lain waktu, aku bertemu
dengan salah satu penulis lainnya, yaitu Gol A Gong. Atau yang dulu ditulis
dengan Gola Gong, adalah nama pena dari penulis serial Lupus dan Balada Si Roy yang
bernama asli Heri Hendrayana Haris. Dua judul bukunya yang pernah aku baca
adalah Musafir dan Labirin Lazuardi (meskipun baru serial
pertamanya, dan aku sedang mencari buku yang ke-2).
Pertemuanku dengan AA' Gol A
Gong sebenarnya tidak terencanakan sebelumnya. Namun aku sempat membaca sebuah
pengumuman berupa poster mengenai IJT di majalah dinding sekretariat
Opmawa-ormawa Gedung L fakultas Ekonomi. Dari poster-poster tersebut diinfokan
bahwa IJT adalah Islamic Jurnalistik Training yang diselenggarakan oleh
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Universitas Negeri Jakarta, atau sering juga
disebut Salim (Sahabat Muslim) UNJ. Pukul 14.00 kala itu, bersama dengan Asri
Aprilia, Tengku Tiara, dan Andika Alfaquri aku berniat mengerjakan finishing tugas kelompok mata kuliah
Filsafat Ilmu. Kami memilih selasar Masjid Nurul Irfan karena cukup dekat
dengan gedung ADM dan suasana yang cukup kondusif.
Ditengah pengerjaan tugas, aku melihat banner terpampang di depan Masjid Nurul
Irfan yang menginfokan mengenai Islamic
Jurnalistik Training bersama Gol A
Gong yang di laksanakan sore ini. Tak ingin menyiakan kesempatan, akupun
mendaftarkan diri ke bagian registrasi disisi kiri tangga masjid. Acaranya
dimulai ba'da ashar di pelataran
Masjid Nurul Irfan. Walaupun aku tahu ada mata kuliah Pak Ketut sore ini hingga
pukul 17.05, namun aku yakin nantinya tetap dapat mengikuti rangkaian IJT
bersama AA' Gol A Gong tersebut.
Benar saja, usai mata kuliah
Filsafat Ilmu aku langsung menuju Masjid Nurul Irfan dan kudapati acara dari
rangkaian IJT tersebut masih berlangsung. Kebanyakan peserta dari kalangan
akhwat, sedang yang ikhwan masih bisa dihitung dengan jari. Sebenarnya tadi aku
sempat mengajak Andika, namun ia ada urusan di sekretariat HMJ. Maklumlah,
Andika tahun ini menjabat sebagai Kepala
Biro Kesekretariatan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ EA) periode 2014/15.
Berbeda denganku yang hanya staff Biro
Entrepreneurship Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM FE), jadi tidak terlalu
sibuk.
Aku langsung bergabung di
belakang, mendengarkan AA' Gol A Gong menyampaiakan materi dilanjutkan dengan Talk Show atau gelar wicara yang difasilitatori oleh
anggota BEMUNJ, namun aku lupa namanya siapa yang jelas kami pernah bertemu
ketika acara S.A.C (Sospol Adventure Camp)
di Gunung Bunder beberapa waktu lalu.
Mendengar penyampaian materi
dan talkshow dari AA' Gol A Gong membuat semangat menulisku kembali bangkit.
Bahwa tiada penulis hebat yang lahir tanpa kerja keras dan sungguh-sungguh.
Beliau juga memaparkan mengenai trik dan tips bagaimana memulai dan
mempertahankan mood untuk menulis, beberapa cara untuk penerbitan tulisan,
hingga bagaimana proses tulisan dari sang penulis hingga ke tangan penerbit.
Itu membuat semangat menulisku menjadi bangkit dan berkobar kembali.
Tibalah untuk sesi tanya-jawab.
Banyak antusiasme peserta untuk melemparkan beberapa pertanyaan yang cukup
menarik. Aku tak mau ketinggalan memanfaatkan kesempatan itu. Aku bertanya
mengenai "Bagaimana cara penokohan serta sudut pandang yang baik dalam
sebuah tulisan fiksi khusunya cerpen?" kurang lebih seperti itu. AA' Gol A
Gong menjawab pertanyaanku dengan cukup baik, beliau menjelaskan bahwa sebuah
sudut pandang yang baik itu tergantung darimana kenyamanan penulis saat
menceritakan cerita yang ia buat, atau bisa juga dilakukan dwi hingga tri sudut
pandang seperti mengganti sudut pandang di paragraf selanjutnya, kemudian
kembali ke sudut pandang seperti pada paragraf awal begitu seterusnya
tergantung bagaimana penulis melihat sebuah alur cerita cocok dengan sudut
pandang yang akan diperankannya. Dari cerpen-cerpen maupun karya AA' Gol A Gong
yang lain, beliau lebih sering memakai sudut pandang orang pertama tokoh utama,
yaitu "Aku".
Diakhir sesi, ada pembagian
hadiah berupa buku-buku terbitan Gong Publishing, yaitu rumah penerbit milik
AA' Gol A Gong. Sedikit informasi tambahan, Gol A Gong juga mendirikan sebuah
rumah yang menaungi berbagai kegiatan kesastraan seperti menulis, mendongeng, melukis,
jurnalistik, teater, film, bahkan seni rupa dan terdapat perpustakaan pula.
Rumah itu bernama Rumah Dunia, terletak di Serang, Banten Jawa Barat dekat
dengan Hypermarket. Aku sempat
diberikan info mengenai rutenya, dan aku mencatat dalam memo handphone-ku.
Pada saat pembagian buku-buku
dari Gong Publishing yang terdiri
dari 4 buah buku, mekanismenya akan dipilih 2 penanya akhwat dan 2 penanya
ikhwan terbaik. Dan tanpa diduga aku termasuk salahs atunya. Aku mendapatkan
sebuah buku berjudul "Wafak Mbah
Koyod" yang merupakan kumpulan cerita pendek atau antologi cerpen.
Antologi cerpen tersebut ditulis beramai-ramai oleh Yori Tanaka, Gie Fediyan,
Emi Rohemi dkk. Buku berwarna oranye tersebut cukup membuatku senang, terlebih
sudah lama aku tidak membaca antologi cerpen.
Ketika acara telah ditutup dan
usai aku langsung memberanikan diri menghampiri dan meminta foto bersama dengan
AA' Gol A Gong. Suami dari Mba Tias Tatanka tersebut sangat welcome dan ramah. Terimakasih AA' Gol A
Gong atas share ilmu dan pengalamannya dalam hal menulis, sampai jumpa
dikesempatan yang lain. Terimakasih pula sudah membangkitkan semangat
menulisku. Kunantikan karya-karyamu yang lain. Teruslah menulis, membukukan
dunia, menjadi penutur yang baik lewat pena. Keep Inspiring! (^_)
share dong foto yang sama Gol A Gongnyaaaa
BalasHapus