Aku dan Jakarta


Ada banyak cerita di setiap langkah yang ringkih
Diam-diam, menggeliat dalam kebisingan
Tetesan gerimis merintik syahdu, bagai tangisan
Genangan air yang tercipta, menjilati jalan malu-malu

Bahwa kini, lagu terindah bukanlah jaminan
Lambat laun lukisan-lukisan kebohongan terkuak
Sekelebat mimpi menguap ke udara
Kosong. Hilang ...

Apa yang tertinggal?
Hanya balutan-balutan luka
Perih tertahan. diliputi sakit dan sesal
Taqdir terkadang dengan lancang mampu merajam
Menggiring, menahan, menyeret wajah lugu penuh tanya
Kemana?

Jakarta
Mengapa terlalu tega, menyesatkan
Bersembunyi di balik rimbunan kemegahan
Namun dengan anggun nan licik mencekik, membunuh,
melukai ...

Ingin pulang, memalukan
Tetap tinggal, menunggu mati
Terseret, terbenam pada reruntuhan isak tangis,
sendirian


Rawamangun 14 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar